Teknologi Informasi Telkom University Surabaya Edge Computing dan IoT: Menjawab Kebutuhan Pemrosesan Data Real-Time

Di era digital saat ini, data tidak hanya berlimpah, tetapi juga berpacu dengan waktu. Informasi yang tidak segera diproses akan kehilangan nilainya, terutama dalam konteks sistem yang dinamis dan bergantung pada keputusan cepat—seperti kendaraan otonom, sistem keamanan, atau pabrik pintar. Di sinilah peran edge computing dan IoT (Internet of Things) menjadi semakin vital, menjawab kebutuhan akan pemrosesan data secara real-time di titik terdekat dari sumbernya.

Edge computing adalah pendekatan arsitektur komputasi di mana data diproses di “pinggiran” jaringan—yakni di perangkat yang lebih dekat dengan sensor atau pengguna akhir—bukan dikirim terlebih dahulu ke pusat data atau cloud. Ketika digabungkan dengan perangkat IoT, edge computing memungkinkan sistem untuk merespons secara instan tanpa harus menunggu instruksi dari server pusat yang bisa berada ratusan kilometer jauhnya.

Contoh paling nyata terlihat pada kendaraan otonom. Sensor kamera, lidar, dan radar di kendaraan menghasilkan data dalam jumlah masif setiap detik. Jika seluruh data itu harus dikirim ke cloud untuk dianalisis sebelum kendaraan mengambil keputusan, keterlambatan sekecil apa pun bisa berakibat fatal. Dengan edge computing, kendaraan dapat menganalisis data tersebut langsung di perangkat lokal (onboard), memungkinkan deteksi rintangan atau pengambilan keputusan secara instan.

Hal serupa terjadi di sektor industri. Di pabrik-pabrik modern, mesin dilengkapi sensor IoT yang memantau suhu, getaran, tekanan, dan performa operasional. Dengan edge computing, sistem bisa mengenali gejala kerusakan lebih awal dan melakukan penyesuaian otomatis sebelum kegagalan terjadi. Efisiensi meningkat, downtime berkurang, dan biaya perawatan menjadi lebih terprediksi.

Bahkan di bidang kesehatan, edge-IoT mulai memainkan peran penting. Alat pemantauan pasien (seperti wearable devices) kini bisa mengolah data vital secara lokal dan langsung mengirim peringatan ke petugas medis jika ditemukan anomali kritis, tanpa harus bergantung pada konektivitas internet penuh. Ini sangat krusial di daerah terpencil atau rumah sakit dengan kapasitas bandwidth terbatas.

Studi dari IDC memperkirakan bahwa pada tahun 2025, lebih dari 75% data yang dihasilkan oleh perangkat IoT akan diproses di edge, bukan di cloud. Ini menunjukkan tren yang jelas: masa depan data adalah real-time, terdesentralisasi, dan responsif. Namun, tantangannya tidak kecil. Pengembangan perangkat edge yang andal, manajemen keamanan siber yang tersebar, serta kebutuhan integrasi dengan sistem cloud tetap menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

Edge computing bukan pengganti cloud, melainkan mitra yang menyempurnakan. Dengan memindahkan sebagian pemrosesan ke ujung jaringan, sistem menjadi lebih adaptif, efisien, dan tahan terhadap latensi. Di dunia yang serba instan, inilah teknologi yang memungkinkan perangkat tidak hanya terkoneksi—tapi juga berpikir.


Referensi Ilmiah
  1. Shi, W., et al. (2016). Edge Computing: Vision and Challenges. IEEE Internet of Things Journal.
  2. Satyanarayanan, M. (2017). The Emergence of Edge Computing. Computer.
  3. Chiang, M., & Zhang, T. (2016). Fog and IoT: An overview of research opportunities. IEEE Internet of Things Journal.
  4. International Data Corporation (IDC). (2022). Edge Computing: The Rise of Decentralized Intelligence.
  5. Amazon Web Services (AWS). (2023). Use Cases of Edge Computing in Smart Manufacturing.