Bayangkan sebuah kota yang dapat berpikir dan merespons secara instan. Lampu jalan meredup otomatis saat jalan sepi, lalu lintas dialihkan sebelum macet terbentuk, dan petugas kebersihan dikirim hanya ke titik yang benar-benar membutuhkan. Inilah visi dari smart city yang ditenagai oleh Artificial Intelligence of Things (AIoT)—kombinasi antara jaringan sensor pintar (IoT) dan kecerdasan buatan (AI) yang bekerja bersama untuk mengubah data menjadi keputusan dalam hitungan detik.
AIoT adalah evolusi alami dari IoT. Jika IoT hanya mengumpulkan data, maka AIoT memproses dan menganalisisnya secara otomatis untuk menghasilkan tindakan. Kota pintar dengan AIoT bukan hanya mengandalkan dashboard pemantauan, tetapi memiliki sistem otonom yang mampu berpikir dan bertindak. Keputusan tidak lagi harus menunggu manusia—segalanya berlangsung secara real-time.
Salah satu contoh paling nyata ada di Barcelona, Spanyol. Kota ini telah lama menjadi pelopor smart city, dan kini mengintegrasikan ratusan ribu sensor lingkungan, lalu lintas, energi, dan infrastruktur ke dalam sistem berbasis AI. Misalnya, sistem pengelolaan air kota bisa mendeteksi kebocoran pipa secara dini dan mengirim peringatan sebelum terjadi kerugian besar. Sistem parkir pintar bahkan bisa memandu pengemudi langsung ke tempat kosong terdekat dengan bantuan AI yang memprediksi pergerakan kendaraan.
Di Asia, kota Hangzhou, Tiongkok, menjadi studi kasus sukses lain. Pemerintah setempat menggandeng Alibaba untuk membangun City Brain, platform AIoT yang memantau lebih dari 1.000 persimpangan lalu lintas secara simultan. Dengan bantuan AI, sistem mampu mengurangi waktu perjalanan hingga 15% dan mempercepat respons ambulans serta layanan darurat. Semua sensor dan kamera diintegrasikan dalam satu jaringan yang “berpikir” dan mengambil keputusan berdasarkan data terkini.
Kekuatan AIoT terletak pada kecepatan dan skalabilitasnya. Setiap sensor—entah itu suhu, kelembapan, kebisingan, atau pergerakan—mengirimkan data secara terus-menerus ke edge server atau cloud. Di sana, algoritma AI memfilter, menganalisis, dan mengidentifikasi pola, lalu mengaktifkan respons otomatis seperti menyalakan sirine banjir atau menyesuaikan aliran listrik berdasarkan beban.
Penelitian menunjukkan bahwa AIoT dapat meningkatkan efisiensi operasional kota hingga 40%, mengurangi konsumsi energi hingga 30%, dan mempercepat respons darurat hingga dua kali lipat. Ini bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga tentang keselamatan, keberlanjutan, dan kualitas hidup warga.
Namun, adopsi AIoT dalam skala kota juga menantang. Diperlukan infrastruktur digital yang kuat, integrasi lintas sektor, dan tata kelola data yang transparan. Keamanan siber menjadi isu penting, karena semakin banyak sistem vital terhubung dan rentan terhadap serangan. Oleh karena itu, banyak kota mulai menerapkan prinsip security by design dan AI governance sebagai bagian dari arsitektur AIoT mereka.
AIoT bukan sekadar teknologi, tetapi ekosistem cerdas yang mendefinisikan ulang bagaimana kota dirancang, dijalankan, dan dikembangkan. Ketika sensor, data, dan kecerdasan saling terhubung dalam satu sistem responsif, kita tidak hanya membangun kota yang pintar—tetapi juga adaptif, manusiawi, dan berkelanjutan.
Referensi Ilmiah:
- Lee, I., & Lee, K. (2015). The Internet of Things (IoT): Applications, investments, and challenges for enterprises. Business Horizons.
- Da Xu, L., He, W., & Li, S. (2014). Internet of Things in Industries: A Survey. IEEE Transactions on Industrial Informatics.
- Gaur, A., et al. (2015). Smart City Architecture and its Applications Based on IoT. Procedia Computer Science.
- Zhang, Y., et al. (2023). AIoT for Smart Cities: A Review and Future Directions. IEEE Internet of Things Journal.
- World Economic Forum (2024). AI Governance in Urban Systems: Ensuring Safety and Ethics in Smart Cities.